LATIHAN MEMBUAT SKRIPSI
PENGARUH KURANGNYA MANAJEMEN SUPERVISI TERHADAP
KINERJA GURU
Diajukan kepada Jurusan Manajemen Pendidikan sebagai syarat
mengikuti UAS (Ujian Akhir Semester) pada mata kuliah
“Pengantar Metodologi Penelitian”
Oleh:
NURKHASANAH
NIM. 1113018200061
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI
BAB I : RUMUSAN MASALAH........................................................... 1
A. Identifikasi Masalah .................................................................. 1
B. Pembatasan Masalah...................................................................
1
C. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
BAB
II :
KAJIAN TEORI ...................................................................... 2
A. Kajian Teoritik............................................................................
2
1. Pengertian
Manajemen Supervisi Manajerial..........................
2
a. Manajemen..........................................................................
2
b. Supervisi
Manajerial............................................................
3
2. Keterampilan
Mengajar Guru.................................................
5
a. Keterampilan.......................................................................
5
b. Mengajar
Guru....................................................................
7
BAB
III :
PENUTUP................................................................................ 7
Kesimpulan...................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
RUMUSAN MASALAH
A.
Identifikasi Masalah
Judul: PENGARUH KURANGNYA MANAJEMEN SUPERVISI TERHADAP KINERJA GURU
V1
= Manajemen Supervisi
|
V2
= Kinerja Guru
|
1.
Rendahnya sistem supervisi manajerial
|
1)
Kurangnya
monitoring dan evaluasi untuk siswa
|
2.
Rendahnya
sistem supervisi akademik
|
2)
Rendahnya
semangat kerja guru dalam menjalankan KBM
|
3.
Rendahnya
kualitas tenaga pendidik dan kependidikan
|
3)
Tidak
menguasai kompetensi paedagogik
|
4. Rendahnya
perhatian pemerintah terhadap sekolah
|
4)
Kurangnya pengembangan proses belajar mengajar guru
|
5. Lemahnya keterlibatan kepala
sekolah dalam penilaian kinerja guru
|
5)
Minimnya
tanggung jawab guru dalam menilai kinerja siswa
|
6.
Tidak
adanya perbaikan yang signifikan untuk pengembangan guru
|
6)
Kurangnya
bimbingan dan arahan untuk siswa
|
7.
Memperbaiki
SDM pendidik dan tenaga kependidikan (guru) dalam perekrutan
|
7)
Kurangnya
kempemimpinan dalam kelas
|
8.
Minimnya
pengetahuan guru tentang sistem manajerial
|
8)
Kurangnya
pengetahuan mata pelajaran bidangnya
|
9.
Dll
|
9)
Dll
|
B.
Pembatasan Masalah
V1.
1 : Rendahnya sistem supervisi manajerial
V2.
4 : Kurangnya pengembangan proses belajar mengajar guru
C.
Rumusan Masalah
“Manajemen Supervisi Manajerial terhadap Keterampilan Mengajar
Guru”
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Kajian Teoritik
Berikut akan dibahas terlebih dahulu beberapa kajian
teoritis yang berhubungan dengan manajemen supervisi manajerial dan kreativitas
mengajar guru. Untuk memahami lebih lanjut mengenai teori-teori tersebut maka
akan dijelaskan pada bahasan berikut ini.
1. Pengertian Manajemen Supervisi
Manajerial
Manajemen
supervisi manajerial terdiri tiga kata, yakni manajemen, supervisi dan
manajerial. Untuk mengetahui istilah manajemen supervisi manajerial perlu
melacak definisi ketiga kata tersebut. Kata pengelolaan memiliki makna yang
sama dengan manajemen dalam bahasa Indonesia, sedangkan supervisi yang berarti
mengawasi dan manajerial berupa pola kerja dalam menjalankan aktivitas.
a. Manajemen
Banyak pendapat tentang manajemen, secara sederhana menurut Drs. Oey Liang Lee mengartikan manajemen adalah ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, penyusunan,
pengarahan dan pengawasan dari manusia untuk menentukan capaian tujuan
sebagaimana yang telah ditetapkan.[1]
Para
tokoh, berbeda pendapat dalam mengemukakan pengertian manajemen, diantaranya menurut George R. Terry,
bahwa manajemen adalah suatu proses khas terdiri tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengontrolan yang dilakukan dalam menentukan
serta mencapai target yang sudah ditetapkan lewat pemanfaatan sumberdaya
manusia dan lainnya.[2]
Ditegaskan
kembali oleh Nanang Fattah bahwa manajemen dapat dipandang sebagai profesi
karena manajemen dilandasi keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi
manajer, dan profesional dituntut oleh suatu kode etik.[3]
Berdasarkan
definisi diatas dari para ahli mengenai manajemen diartikan bahwa manajemen
merupakan proses yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan dengan perencanaan,
pemikiran, pengarahan, pengaturan dan mempergunakan atau mengikutsertakan
potensi yang ada serta pengawasan yang tepat.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa proses manajemen akan terjadi jika adanya tujuan dan
sumber daya sebagai subjek dari manajemen yang digunakan dan dimanfaatkan
secara efektif dan efisien melalui proses perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian, pengontrolan, evaluasi dan tetap berdasarkan peraturan dan kode
etik yang ada dengan bantuan seorang manajer dan para bawahannya dengan
keterampilan khusus yang dimiliki sehingga tercapainya seluruh tujuan dari
organisasi tersebut.
b. Supervisi Manajerial
Supervisi manajerial tidak dapat dipisahkan persatuan katanya,
karena keduanya merupakan kesatuan makna. Berikut akan dipaparkan oleh ahli
yang mengemukakan tentang supervisi manajerial .
Neagley dikutip
oleh Made Pidata mengemukakan bahwa “supervisi adalah setiap layanan kepada
guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan intruksional, belajar dan
kurikulum dikatakan supervisi. Supervisi disini diartikan sebagai bantuan dan
bimbingan kepada guru-guru dalam bidang intruksional, belajar dan kurikulum,
dalam usahanya mencapai tujuan sekolah.”[4]
Pendapat lain mengemukakan bahwa supervisi manajerial adalah
supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung
dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan,
koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia
(SDM) kependidikan dan sumberdaya lainnya.[5]
Dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas
Sekolah/Madrasah diisyaratkan bahwa pengawas sekolah dituntut untuk menguasai
kompetensi supervisi manajerial.
Esensi dari supervisi manajerial adalah berupa
kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap kepala sekolah dan
seluruh elemen sekolah lainnya di dalam mengelola, mengadministrasikan dan
melaksanakan seluruh aktivitas sekolah, sehingga dapat berjalan dengan efektif
dan efisien dalam rangka mencapai tujuan sekolah serta memenuhi standar
pendidikan pendidikan nasional. [6]
Dari definisi
supervisi beberapa ahli bahwa supervisi manajerial merupakan pemantauan dan pembinaan terhadap pengelolaan dan
administrasi sekolah yang didalamnya adalah proses pembinaan ke arah
perbaikan yang difokuskan untuk guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar dan memecahkan permasalah yang timbul untuk mencapai peningkatan mutu.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa supervisi manajerial yaitu proses melakukan pengawasan secara
mendalam dengan memperhatikan seluruh unit kerja dalam instansi pendidikan dan
berfokus pada guru sebagai yang terkait mencetak siswa berwatak dan berakhlak
mulia serta memcahkan masalah yang terjadi untuk mencapai mutu pendidikan dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang
mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan
kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan sumberdaya
lainnya.
2. Keterampilan
Mengajar Guru
Guru menjadi pamong dalam kelas, suasana menyenangkan
atau tidak kelas tergantung dari apa yang disajikan guru untuk mentransferkan
ilmu kepada peserta didiknya. Ada dua suku kata yang harus didefinisikan yaitu
keterampilan dan mengajar guru. keterampilan mengajar mulai timbul saat
pembukaan, afirmasi, dialog, hingga penutupan.
a. Keterampilan
Pakar pendidikan mengemukakan keretampilan
diberbagai bentuk pengajaran, antara lain:
Dikemukakan oleh J.J Hasibuan bahwa keterampilan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang
diperoleh dari berbagai latihan dan pembelajaran. Keterampilan mengajar pada
dasarnya merupakan salah satu manifestasi dari kemampuan seorang guru sebagai
tenaga profesional. [7]
Sedangkan Gordon menyatakan bahwa keterampilan merupakan sebuah kemampuan dalam mengoperasikan pekerjaan secara lebih mudah
dan tepat. Definisi keterampilan menurut Gordon ini cenderung mengarah pada
aktivitas psikomotor. [8]
Ahli pendidikan lainnya yaitu Nadler memberikan
definisi keterampilan yaitu harus dilakukan dengan praktek sebagai pengembangan
aktivitas. [9]
Berdasarkan definisi dari beberapa ahli,
keterampilan merupakan kemampuan pengelolaan yang diperoleh dari pelatihan dan
pembelajaran serta pengembangan aktivitas yang disajikan untuk peserta didik supaya
pembelajaran lebih menyenangkan dan bermakna.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan
merupakan usaha seseorang untuk menjadikan sebagai pola pendidikan dalam maupun
luar kelas untuk tercapainya pembalajaran fun learning.
b. Mengajar
Berbagai macam pendapat ahli mengenai definisi mengajar, berikut
akan diuraikan mengenai mengajar guru
Menurut J.J. Hasibuan mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan
yang memungkinkan terjadinya proses belajar. [10]
Sedangkan
Alvin W Howard mengutarakan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas untuk
memberi, menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau
mengembangkan ide (cita-cita). [11]
Menurut
Warni Rasyidin mengemukakan bahwa mengajar adalah keterlibatan guru dan siswa
dalam interaksi proses belajar mengajar.[12]
Dari
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah penciptaan sistem
lingkungan dengan aktvitas memberikan, menolong dan membimbing peserta didik
untuk mencapai cita melalui interaksi peserta didik dalam kegiatan belajar
mengajar.
Dari uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengajar guru adalah kecakapan
atau kemampuan guru dalam menyajikan materi pelajaran. Dengan demikian seorang
guru harus mempunyai persiapan mengajar antara lain, guru harus menguasai bahan
pengajaran mampu memilih metode yang tepat dan penguasaan kelas yang baik.
[1]Badrudin, Manajemen Pengawasan , (Jakarta: Indeks. 2014), h.2
[2] Ibid, h.3
[3] Nanang Fattah,
Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), h. 5
[4] Tim Dosen UPI,
Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 312
[5] Ngalim
Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya,
2008), h. 45
[6] Mochammad
Selamet, Kompetensi Supervisi Manajerial dan Supervisi Akademik,
e-jurnal, diakses pada senin, 29 Juni 2015 pukul 00.01 a.m
[7] Zainal Asril, Micro
Teaching, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 67
[9] Ibid, h. 189
[11] Ibid, h.70
KAJIAN TEORI
A.
Kajian Teoritik
Berikut akan dibahas terlebih dahulu beberapa kajian
teoritis yang berhubungan dengan manajemen supervisi manajerial dan kreativitas
mengajar guru. Untuk memahami lebih lanjut mengenai teori-teori tersebut maka
akan dijelaskan pada bahasan berikut ini.
1. Pengertian Manajemen Supervisi
Manajerial
Manajemen
supervisi manajerial terdiri tiga kata, yakni manajemen, supervisi dan
manajerial. Untuk mengetahui istilah manajemen supervisi manajerial perlu
melacak definisi ketiga kata tersebut. Kata pengelolaan memiliki makna yang
sama dengan manajemen dalam bahasa Indonesia, sedangkan supervisi yang berarti
mengawasi dan manajerial berupa pola kerja dalam menjalankan aktivitas.
a. Manajemen
Banyak pendapat tentang manajemen, secara sederhana menurut Drs. Oey Liang Lee mengartikan manajemen adalah ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, penyusunan,
pengarahan dan pengawasan dari manusia untuk menentukan capaian tujuan
sebagaimana yang telah ditetapkan.[1]
Para
tokoh, berbeda pendapat dalam mengemukakan pengertian manajemen, diantaranya menurut George R. Terry,
bahwa manajemen adalah suatu proses khas terdiri tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengontrolan yang dilakukan dalam menentukan
serta mencapai target yang sudah ditetapkan lewat pemanfaatan sumberdaya
manusia dan lainnya.[2]
Ditegaskan
kembali oleh Nanang Fattah bahwa manajemen dapat dipandang sebagai profesi
karena manajemen dilandasi keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi
manajer, dan profesional dituntut oleh suatu kode etik.[3]
Berdasarkan
definisi diatas dari para ahli mengenai manajemen diartikan bahwa manajemen
merupakan proses yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan dengan perencanaan,
pemikiran, pengarahan, pengaturan dan mempergunakan atau mengikutsertakan
potensi yang ada serta pengawasan yang tepat.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa proses manajemen akan terjadi jika adanya tujuan dan
sumber daya sebagai subjek dari manajemen yang digunakan dan dimanfaatkan
secara efektif dan efisien melalui proses perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian, pengontrolan, evaluasi dan tetap berdasarkan peraturan dan kode
etik yang ada dengan bantuan seorang manajer dan para bawahannya dengan
keterampilan khusus yang dimiliki sehingga tercapainya seluruh tujuan dari
organisasi tersebut.
b. Supervisi Manajerial
Supervisi manajerial tidak dapat dipisahkan persatuan katanya,
karena keduanya merupakan kesatuan makna. Berikut akan dipaparkan oleh ahli
yang mengemukakan tentang supervisi manajerial .
Neagley dikutip
oleh Made Pidata mengemukakan bahwa “supervisi adalah setiap layanan kepada
guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan intruksional, belajar dan
kurikulum dikatakan supervisi. Supervisi disini diartikan sebagai bantuan dan
bimbingan kepada guru-guru dalam bidang intruksional, belajar dan kurikulum,
dalam usahanya mencapai tujuan sekolah.”[4]
Pendapat lain mengemukakan bahwa supervisi manajerial adalah
supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung
dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan,
koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia
(SDM) kependidikan dan sumberdaya lainnya.[5]
Dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas
Sekolah/Madrasah diisyaratkan bahwa pengawas sekolah dituntut untuk menguasai
kompetensi supervisi manajerial.
Esensi dari supervisi manajerial adalah berupa
kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap kepala sekolah dan
seluruh elemen sekolah lainnya di dalam mengelola, mengadministrasikan dan
melaksanakan seluruh aktivitas sekolah, sehingga dapat berjalan dengan efektif
dan efisien dalam rangka mencapai tujuan sekolah serta memenuhi standar
pendidikan pendidikan nasional. [6]
Dari definisi
supervisi beberapa ahli bahwa supervisi manajerial merupakan pemantauan dan pembinaan terhadap pengelolaan dan
administrasi sekolah yang didalamnya adalah proses pembinaan ke arah
perbaikan yang difokuskan untuk guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar dan memecahkan permasalah yang timbul untuk mencapai peningkatan mutu.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa supervisi manajerial yaitu proses melakukan pengawasan secara
mendalam dengan memperhatikan seluruh unit kerja dalam instansi pendidikan dan
berfokus pada guru sebagai yang terkait mencetak siswa berwatak dan berakhlak
mulia serta memcahkan masalah yang terjadi untuk mencapai mutu pendidikan dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang
mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan
kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan sumberdaya
lainnya.
2. Keterampilan
Mengajar Guru
Guru menjadi pamong dalam kelas, suasana menyenangkan
atau tidak kelas tergantung dari apa yang disajikan guru untuk mentransferkan
ilmu kepada peserta didiknya. Ada dua suku kata yang harus didefinisikan yaitu
keterampilan dan mengajar guru. keterampilan mengajar mulai timbul saat
pembukaan, afirmasi, dialog, hingga penutupan.
a. Keterampilan
Pakar pendidikan mengemukakan keretampilan
diberbagai bentuk pengajaran, antara lain:
Dikemukakan oleh J.J Hasibuan bahwa keterampilan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang
diperoleh dari berbagai latihan dan pembelajaran. Keterampilan mengajar pada
dasarnya merupakan salah satu manifestasi dari kemampuan seorang guru sebagai
tenaga profesional. [7]
Sedangkan Gordon menyatakan bahwa keterampilan merupakan sebuah kemampuan dalam mengoperasikan pekerjaan secara lebih mudah
dan tepat. Definisi keterampilan menurut Gordon ini cenderung mengarah pada
aktivitas psikomotor. [8]
Ahli pendidikan lainnya yaitu Nadler memberikan
definisi keterampilan yaitu harus dilakukan dengan praktek sebagai pengembangan
aktivitas. [9]
Berdasarkan definisi dari beberapa ahli,
keterampilan merupakan kemampuan pengelolaan yang diperoleh dari pelatihan dan
pembelajaran serta pengembangan aktivitas yang disajikan untuk peserta didik supaya
pembelajaran lebih menyenangkan dan bermakna.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan
merupakan usaha seseorang untuk menjadikan sebagai pola pendidikan dalam maupun
luar kelas untuk tercapainya pembalajaran fun learning.
b. Mengajar
Berbagai macam pendapat ahli mengenai definisi mengajar, berikut
akan diuraikan mengenai mengajar guru
Menurut J.J. Hasibuan mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan
yang memungkinkan terjadinya proses belajar. [10]
Sedangkan
Alvin W Howard mengutarakan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas untuk
memberi, menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau
mengembangkan ide (cita-cita). [11]
Menurut
Warni Rasyidin mengemukakan bahwa mengajar adalah keterlibatan guru dan siswa
dalam interaksi proses belajar mengajar.[12]
Dari
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah penciptaan sistem
lingkungan dengan aktvitas memberikan, menolong dan membimbing peserta didik
untuk mencapai cita melalui interaksi peserta didik dalam kegiatan belajar
mengajar.
Dari uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengajar guru adalah kecakapan
atau kemampuan guru dalam menyajikan materi pelajaran. Dengan demikian seorang
guru harus mempunyai persiapan mengajar antara lain, guru harus menguasai bahan
pengajaran mampu memilih metode yang tepat dan penguasaan kelas yang baik.
[1]Badrudin, Manajemen Pengawasan , (Jakarta: Indeks. 2014), h.2
[2] Ibid, h.3
[3] Nanang Fattah,
Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), h. 5
[4] Tim Dosen UPI,
Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 312
[5] Ngalim
Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya,
2008), h. 45
[6] Mochammad
Selamet, Kompetensi Supervisi Manajerial dan Supervisi Akademik,
e-jurnal, diakses pada senin, 29 Juni 2015 pukul 00.01 a.m
[7] Zainal Asril, Micro
Teaching, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 67
[9] Ibid, h. 189
[11] Ibid, h.70
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam
pembahasan kajian teori telah diuraikan masing-masing mengenai manajemen supervisi manajerial terhadap keterampilan mengajar guru
secara jelas dan rinci. Sehingga penulis dapat menarik kesimpulan secara
keseluruhan, yaitu sebagai berikut:
1.
Manajemen
supervisi manajerial adalah sistem pengelolaan
pengawasan secara mendalam dengan memperhatikan seluruh unit kerja dalam
instansi pendidikan dan berfokus pada guru sebagai yang terkait mencetak siswa
berwatak dan berakhlak mulia serta memcahkan masalah yang terjadi untuk
mencapai mutu pendidikan.
2.
Keterampilan
mengajar guru kecakapan atau kemampuan guru dalam menyajikan materi pelajaran. Dengan
demikian seorang guru harus mempunyai persiapan mengajar antara lain, guru
harus menguasai bahan pengajaran mampu memilih metode yang tepat dan penguasaan
kelas yang baik.
3.
Manajemen
supervisi manajerial sangat mempengaruhi pengembangan keterampilan mengajar
guru karena adanya pengawasan yang dilakukan supervisor
secara rinci dan membantu memecahkan suatu masalah dalam aktivitas guru
mengajar, sehingga guru dapat leluasa dalam mengeksplor semua kemampuan yang
dimilikinya karena beban masalah sudah terselesaikan dengan baik.
Komentar
Posting Komentar